Kemarin, saya dan Rumah Saham mengadakan gathering dengan tema Santa Claus Rally dan January Effect. Dalam gathering tersebut kami banyak membahas hal-hal seputar saham. Salah satu peserta gathering menanyakan sesuatu yang menarik yaitu bagaimana kita bisa tahu ketika saham masih bullish atau tidak (saya kurang ingat pertanyaannya persis tapi intinya tentang trend).
Teman saya Fanuel menjawab kalau saham akan terus mengalami trend selama mengalami yang namanya break. Jadi kalau uptrend ada break resistance, dan kalau downtrend ada break support. Selama break ini terjadi terus maka trend bisa dikatakan berlanjut. Dengan demikian kita akan sering menemukan cara terbaik versi analis dalam trading yang memanfaatkan trend adalah buy on break. Namun apa arti dari buy on break itu sendiri ya?
Saya mencoba mencari tahu dari banyak sumber tentang buy on break. Ternyata di web sudah banyak yang bahas dengan pengertian yang cukup panjang versi mereka. Dan di post ini saya akan membuat versi saya juga.
Well, setelah membaca berbagai sumber, saya menarik kesimpulan sederhana bahwa buy on break adalah… ya buy saat break. Jadi kita beli saham saat harganya sudah break resistance dan bersiap menuju resistance berikutnya. Analoginya seperti kita sedang naik tangga. Anak tangga berikutnya yang ada di atas kita adalah resistance, dan ketika kita menginjaknya lalu kemudian melewatinya menuju anak tangga berikutnya maka kita sudah seperti buy on break. Sederhana sekali, bukan?
Sederhana tapi jangan stop di sini. Kalau kita stop di sini, lalu langsung buy saham yang break resistance dengan alasan sudah baca post WH, nanti saya jadi sesat hahaha. Buy on break itu ada tekniknya. Dalam jam trading, terhitung sejak 09.00 s/d 16.00 adalah jam yang penuh misteri. Saham yang break resistance pada pukul 09.00 bisa gagal pada pukul 09.01. Wajar, kan perilaku pelaku pasar selalu berubah. Yang tadinya sudah optimis bisa jadi pesimis, dan berlaku sebaliknya.
Buy on break ada 2 teknik. Yang pertama, yang dikatakan terbaik adalah beli di hari berikutnya. Jadi kalau hari ini saham yang diincar sudah break resistance, maka besoknya baru kita beli. Atau cara kedua, yaitu beli pada pre-closing yaitu pukul 16.00. Pasar saham tutup pada pukul 16.15, jadi kita masih punya 15 menit untuk transaksi. Jika ada saham incaran yang sudah break, bisa kita beli pada saat itu. Potensi lanjut naiknya sudah lebih besar karena pre-closing adalah pembentukan harga penutup sehingga setelah pre-closing harga saham tidak akan berubah lagi sampai besok. Cara kedua ini agak gambling sih, karena kita tidak tahu apakah besok akan ada “sesuatu” yang merubah sentimen pasar. Tapi biasanya chance gagal dari cara kedua ini tergolong minim.
Oke, ternyata buy on break itu saya beli di atas harga yang menjadi resistance, jadi apakah berarti di harga berapapun di atas resistance itu aman buat saya beli? Tentu saja tidak. Kalau dari saya, terbaik untuk buy on break adalah 3 kali kenaikan dari harga yang di-break, jadi misalnya harga yang di-break itu 500, maka kita entry dari sepanjang jarak 500 s/d 515. Dapat syukur, ngga dapat ya sudah jangan dipaksakan. Bagaimanapun juga buy on break tetap lebih berisiko dibanding buy on weakness.
Semoga menambah wawasan!
William Hartanto
Founder WH Project & Author “Mahasiswa Investor”