Ketika Fundamental Tidak Bisa Dipakai

Feel free to share!

Pernah alami ketika anda sudah hitung laporan keuangan perusahaan, yakin harganya murah, sudah simpan cukup lama tapi harganya malah semakin murah? Maka tulisan singkat ini perlu anda baca.

Image result for accounting(Belum tentu karena salah hitung…)

Kata orang, analisis saham itu jangan cuma teknikal, tapi harus ada fundamentalnya, dan saya setuju dengan pernyataan ini. Analisis fundamental saya gunakan bersama team untuk dikombinasikan dengan analisis teknikal. Gunanya adalah, teknikal untuk mencari timing beli/jual saham, sedangkan fundamentalnya untuk mengetahui apakah saham ini sekalipun sudah waktunya beli tapi harganya sudah mahal atau belum. Kalau murah kami beli, kalau mahal kami pikir-pikir. Dengan cara inilah kami menyebut aliran kami sebagai investrader.

Oke, kembali ke topik. Seringkali anda sudah menganalisa fundamental, yakin harganya murah lalu beli. Tapi ternyata harganya semakin murah, apakah ini berarti anda buta fundamental? Belum tentu.

Jaman sekarang kita investor sudah semakin dimudahkan dalam melakukan analisa terutama fundamental. Baik dari web maupun software anda cuma perlu input kode saham, dan sistem akan otomatis menghasilkan perhitungan mereka. Dan tentu saja bukan si pembuat software yang salah hitung yang membuat saham anda tidak naik sesuai dengan analisa. Ingat, semurah apapun sebuah barang, kalau tidak ada gunanya atau nilainya maka tidak ada yang berminat.

Ingat ada yang namanya value.

Image result for value

Value, kalau saya boleh artikan sendiri, adalah nilai tersembunyi dari eksistensi suatu objek baik itu benda mati maupun hidup. Contoh, bagi orang-orang sekarang kehilangan handphone mungkin biasa saja karena nanti bisa beli lagi setelah gajian. Tapi bagi saya, kehilangan handphone itu berat sekali. Hal ini datang dari persepsi. Bagi orang lain mungkin handphone hanya sekedar alat komunikasi. Tapi bagi saya handphone adalah salah satu sumber income saya. Sebut saja, handphone adalah sarana saya berkomunikasi dengan member-member WH Project VIP. Jadi kalau saya kehilangan handphone saya itu akan merepotkan sekali. Dengan demikian saya akan melihat handphone sebagai sesuatu yang sangat berharga dimana bagi sebagian orang handphone hanya dipandang sebagai alat komunikasi biasa.

Nah, hal yang sama berlaku dalam menilai saham. Laporan keuangan adalah data penting, dan hasil perhitungan dalam analisis fundamental lebih penting lagi. Tapi mengapa tidak naik harganya? Contoh saham grup Panin, hampir di semua forum yang ada saya di dalamnya pasti ada yang membahas betapa murahnya saham-saham grup Panin secara fundamental, tapi harganya cenderung ke bawah alias turun. Saya melakukan riset singkat dan mendapat beberapa jawaban mengapa kejadian ini bisa terjadi.

  1. Angka pada laporan keuangan yang memanipulasi
    Saham boleh murah, penjualan tinggi, laba bertumbuh, dll. Tapi perhatikan perhitungannya, jangan cuma hasilnya. Maksud saya begini, kita ambil contoh penjualan. Penjualan perusahaan tinggi belum tentu hasil murni penjualan produk atau jasa dari perusahaan itu. Bisa saja hasil jual aset yang justru malah membuat perusahaan menjadi turun nilainya karena aset adalah pencetak laba bagi perusahaan. Jika aset dijual maka ke depannya perusahaan sudah tidak mudah untuk mencetak laba lagi.
  2. Murah tapi value-nya tidak ada
    Dalam hal ini, saham yang nilainya murah belum tentu benar-benar bagu dan layak dibeli. Perhatikan industri perusahaannya, apakah di pasar yang nyata perusahaan ini dikenal dan produknya laris. Jika ya, maka biasanya akan terjadi hal yang sama pada sahamnya.
  3. Belum terlihat prospeknya
    Perhatikan bahwa saham memiliki prospek yang datang dari perusahaannya. Misalnya pada tahun 2014 Waskita Karya (WSKT) sedang menerima banyak proyek, lalu harga sahamnya melesat dari 600an sampai sekarang. Inilah prospek yang terlihat. Jika di lapangannya menjanjikan maka biasanya sahamnya juga menjanjikan.
  4. Murah-murah bermasalah
    Pilih mana, mobil 10 juta tapi 2 hari rusak atau mobil 100 juta tapi awet 15 tahun pakai? Tentu saja pilihan kedua, bukan? Nah, kalau sekarang saya ganti. Pilih mana saham yang nilai pasarnya 100 dengan nilai wajar 500 tapi banyak isu bangkrut atau saham yang nilai pasarnya 2000 dengan nilai wajar 1900 tapi baru saja terima kontrak 5 Triliun? Bisa anda jawab sendiri.

Sekarang kita simpulkan, kadang fundamental tidak berarti 100% pasti tepat. Malah sebenarnya fundamental masih kalah dibanding teknikal dalam hal menentukan arah harga saham. Jika fundamental tidak bisa digunakan, maka sebaiknya kita juga amati kinerja perusahaan di lapangan supaya lebih akurat.

Semoga menambah wawasan.
20 Januari 2017,
William Hartanto
Founder WH Project & Author “Mahasiswa Investor”