Banyak pelaku pasar terutama investor ritel percaya bahwa jika saham yang dibeli oleh investor asing, maka investor asing tersebut adalah bandar dan saham tersebut layak diikuti terus pergerakannya. Secara tidak langsung, mereka menanamkan pikiran bahwa “kalau bandar aja berani beli, masa’ gue engga?”. Dan lahirlah kebiasaan memastikan adanya nett buy dari investor asing untuk menenangkan diri Anda. Dengan kata lain, kalau setiap hari ada nett buy investor asing, maka mereka akan beli lagi, atau hold jika sudah beli duluan.
Dan jika memang benar investor asing tersebut memang benar seorang bandar, maka logisnya saham tersebut naik, bukankah begitu? Namun bagaimana jika ternyata Anda melihat investor asing terus beli, namun harganya malah turun? Nah, hal seperti ini harus dipelajari. Kita sama-sama tahu bahwa investor lokal boleh punya akun atas nama investor asing (F), dan investor asing boleh punya akun atas nama investor lokal (D).
Pada saham INKP dan TKIM, sejak kenaikannya pada tahun 2017, kenaikannya hampir selalu diiringi nett buy investor asing. Sehingga pada forum-forum saham akan selalu direkomendasikan oleh siapapun dengan alasan adanya pembelian investor asing. Namun jika harga sahamnya turun, apakah pembelian investor asing masih menjadi alasan untuk merekomendasikan saham ini?
Kebetulan penulis memiliki banyak kenalan pemegang saham kedua emiten ini. Dan mereka saat ini sedang stress menghadapi kenyataan bahwa investor asing terus beli, namun harganya turun. Dan kondisi paling menjengkelkan adalah ketika ingin average down ternyata dana sudah tidak ada. Akhirnya penulis mencoba membantu analisa kedua saham ini, dan menemukan hal menarik yang tidak diperhatikan oleh mereka.
Kebetulan, penulis tidak pernah beli saham ini sejak tahun 2017, dan tidak tertarik dengan saham yang harganya tertidur lama sekali, contohnya INKP ini. Perhatikan bahwa sejak tahun 2000 (10 tahun setelah IPO) harganya tidak mengalami perubahan signifikan, baru pada tahun 2017 mengalami kenaikan. Berdasarkan data pada chart Stockbit, tidak ada aksi korporasi seperti stock split (yang ada hanya dividen dengan tanda huruf ‘D’) maka pada artikel ini penulis asumsikan pergerakan harganya murni alias tidak ada aksi korporasi apa-apa yang mengubah harganya.
Jadi, jika sejarah terulang dan saat ini tren naiknya sudah selesai, maka Anda harus menunggu 17 tahun lagi baru bisa melihat harga saham ini naik kembali. Menarik, bukan?
Namun tulisan di atas tidak perlu diartikan secara mentah begitu saja. Karena saham INKP baru IPO pada tahun 1990, pada chart di atas data dimulai dari tahun 2000 dan baru naik pada tahun 2017 bukan berarti pasti 17 tahun sekali baru naik.
JEBAKAN INVESTOR ASING DIMULAI 3 BULAN YANG LALU
“Jadi… Lu pikir saham INKP dan TKIM pasti naik terus selama ada asing masuk? Let’s see…“
Penulis ingin menyampaikan bahwa sama seperti pada saham INDR, kedua emiten ini memiliki fundamental yang bagus namun bukan sebuah aturan bahwa fundamental bagus harus disertai dengan teknikal yang bagus.
Baca Juga: Masih Layakkah Hold INDR (Secara Teknikal)?
Agar adil, penulis akan menggunakan data dari aplikasi RTI Business. Aplikasi dari sekuritas sangat memungkinkan untuk perbedaan data. Sebelum kita mulai, mari kita bedah chart INKP dan TKIM dan saksikan perubahan trennya sejak bulan Juli di bawah ini.
INKP
TKIM
Pada bagian yang diberikan kotak, itu adalah perubahan tren yang terjadi sejak bulan Juli. Dan seperti yang dapat Anda lihat sendiri sejak bulan Juli memang terjadi perubahan tren pada kedua saham ini. Yup, patah tren.
Dan sekarang, jika Anda masih berpegang pada pendapat bahwa asing masih beli, dan ditambahkan dengan saham ini masuk indeks FTSE maka mari kita buka data RTI sambil Anda tanyakan pada diri sendiri “kalo segitu bagus kok ngga naik-naik juga?”
Kita mulai dari INKP.
Next, TKIM.
Bagaimana cara membaca gambar di atas? Begini, selama 3 bulan pada pasar reguler terjadi nett buy, namun selama 3 bulan itu juga di pasar nego terjadi nett sell sehingga pada “ALL Market” Anda dapat lihat sisanya tinggal sedikit, bahkan pada TKIM sudah jadi nett sell.
Menurut Anda mengapa investor asing melakukan hal ini?
Penulis membuat kesimpulan bahwa investor asing sedang rebalancing portofolio mereka pada saham lain, namun agar tidak mengagetkan investor ritel dan langsung panic sell, maka mereka masih memperlihatkan seolah “nih gue masih beli kok, tenang aja” namun diam-diam di pasar nego mereka jualan. Kesimpulan ini merupakan pemikiran logis dari sebuah pertanyaan, jika memang prospek sedemikian bagus, mengapa pembelian investor asing malah membuat harga saham ini turun?
Karena itulah penulis berhasil mendapatkan jawabannya. Dan penulis kira hal ini masih akan terus terjadi ke depannya. Adalah hal yang wajar jika tren suatu saham pada waktunya akan berakhir, apalagi jika sejarah pergerakan harga saham ini tidak bagus.
Membaca artikel ini, Anda mungkin marah, “udah nyangkut, ditakutin pula”. Namun lebih baik Anda takut sekarang dan membuat strategi daripada melihat harga semakin turun baru takut belakangan. Penulis tidak membuat artikel ini dengan tujuan menjatuhkan harga saham, dan tidak bertujuan menjelekkan emiten sama sekali. Sama seperti pada saham INDR, penulis sangat setuju bahwa fundamental kedua emiten ini bagus. Jadi jika Anda membeli saham ini dengan tujuan jangka panjang maka tidak ada alasan untuk khawatir, hold saja dan tetap ikuti perkembangan laporan keuangannya. Khawatir hanya untuk mereka yang membeli saham ini untuk trading jangka pendek atau yang hanya sekedar mencoba.
Dan dengan kaburnya dana investor asing di pasar nego ini bukan berarti harga kedua saham akan kembali pada harga awal tahun 2017. Mungkin ke depannya akan stagnan, atau hanya menurun terbatas.
Anda sudah tahu apa yang terjadi pada saham Anda, siapkan strategi terbaik!