Kita sudah masuk bulan Desember, pekan kedua. Artinya dalam 2 pekan lagi kita akan memasuki tahun 2019.
Berbagai hal telah terjadi di pasar modal, yang pada akhirnya akan menjadi pengalaman dan pelajaran berarti bagi kita semua agar dapat menjadi pelaku pasar yang lebih baik lagi tentunya. Apakah Anda sudah mendapatkan pelajaran Anda?
Beberapa hari yang lalu, penulis mendapatkan ide untuk memaparkan sebuah kenyataan. Kenyataan ini sudah kita antisipasi sejak tahun lalu, dan semapi sekarang masih membayangi, namun sayangnya waktu kita terbuang jika terus memikirkan hal tersebut. Terutama karena hal tersebut tidak terjadi sama sekali.
Anda sudah bisa menebak apa yang akan penulis bahas di sini ketika melihat judul artikel. Ya, memang, penulis percaya bahwa Anda semua mungkin sejak tahun lalu mash menyimpan dalam pikiran masing-masing tentang sebuah kebohongan besar yaitu ketika muncul sebuah wacana “siapkah Anda untuk krisis 10 tahun yang akan menimpa IHSG?”.
Tahun lalu, penulis pun mendapatkan kiriman yang sama dari tim. Mereka megaku cukup banyak menerima pertanyaan seperti ini dan harus penulis akui bahwa tim penulis pun menjadi salah satu kelompok yang termakan oleh kalimat tersebut. Wajar, mereka yang menebarkan kalimat tersebut adalah orang-orang yang sudah terkenal di pasar modal dan dianggap sebagai pakar. Idealnya jika seorang pakar berkata “A” maka pengikutnya akan berkata “A” juga, jika tidak berkata setidaknya akan mengikuti.
Saat itu penulis menanggapi keluhan tim, dan berkata “kita lihat yang akan terjadi nanti, karena masih 1 tahun”. Seolah tidak memberi harapan, apalagi kemudian Amerika dimpimpin oleh Donald Trump yang dikenal sebagai sosok yang unpredictable dan banyaknya “drama” baru di pasar. Sebut saja aksi saling ancam nuklir dengan Korea Utara, dan yang masih hangat sekarang ini adalah perang dagang dan menutup pemerintahan (shut down).
Namun sampai hari ini, yang membuat penulis merasa pantas menuliskan artikel ini adalah karena krisis 10 tahun tidak terbukti dan IHSG malah tinggal sekitar 3% lebih rendah dari tahun lalu. Penurunan 3% sama sekali tidak cocok dikategorikan sebagai krisis. Dan sebagai salah satu pakar di dunia saham, penulis mulai mempertanyakan mengapa mereka bisa berkata demikian. Krisis 10 tahun? Perbandingan yang digunakan hanya 1998, 2008, dan dikaitkan ke 2018. Bagaimana degan 1988? 1978? 1968? Tentunya kita tidak bisa mengatakan suatu hal sebagai tahunan jika hanya terjadi beberapa kali. Kecuali jika memang rutin dan tidak bisa dibatalkan seperti Hari Raya Natal yang akan terjadi pada tanggal 25 Desember nanti, setiap tahun selalu dirayakan dan tidak bisa dicegah, bukan? Itu baru namanya siklus.
Jadi, jika mereka memang seorang pakar maka penulis percaya mereka tidak akan asal-asalan bicara, dan tidak akan asal pilih data. Namun nyatanya ada 1 hal yang dilewatkan oleh mereka. Maka saat ini penulis pun masih bertanya-tanya walaupun mungkin tidak akan mendapat jawabannya “kalau tidak salah data, terus kenapa meyakinkan akan krisis? Hoax benerrrrr“.
Ikut membuat “ramalan”, pada bulan September penulis mencoba membuat wejangan arah IHSG di bulan Oktober. Penulis mencoba sampaikan juga pada media, namun beberapa kali media tidak mem-publish ulasan tersebut, yakni IHSG akan rebound di bulan Oktober dan masih menyesuaikan trennya. Jika diperhatikan lebih jauh, tren rebound di bulan Oktober ini rupanya terjadi selama 12 tahun terakhir. Berikut private chat kami yang di-upload pada Instagram penulis. Chat ini hanya diketahui oleh 3 orang.
Siapa yang sangka keisengan inilah yang terjadi? Namun penulis juga sertakan data pendukung rebound ini. mari lihat gambar di bawah ini.
Kalau mau berargumen, harus pakai data. Agar WH Project tidak dianggap sebagai situs hoax (dan tidak akan pernah menebar hoax), maka penulis pun memberikan data pendukung mengapa IHSG tidak akan krisis. Atau lebih tepatnya ditentukan di bulan Oktober, krisis atau tidaknya.
IHSG terbukti berhasil rebound tepat sesuai dengan trend line. Yang perlu dilakukan hanyalah menyambungkan garis antara lowest level pertama dengan lowest level berikutnya, dan rupanya masih tersambung lagi pada lowest level tahun 2018. Maka terbukti, tren IHSG belum berakhir.
Rebound ini menyambung dari penurunan tahun 2015, dan sekarang perhitungannya menjadi menarik. 2009 ke 2015 itu sekitar 6 tahun, lalu 2015 ke 2018 itu 3 tahun, jadi jika dipaksakan membuat pola: 6 ke 3 = 2 kali, lalu krisis berikutnya akan menjadi 3/2 yakni 1.5 tahun lagi dari 2018 alias pertengahan tahun 2019? Mungkin saja, karena kami mencoba paksakan teori.
Kemampuan menguasai analisa teknikal akan membuat kita mengerti mengapa sesuatu terjadi pada pasar, dan kapan redanya. Beberapa penebar fear ini menggunakan data ekonomi dan rupiah untuk mendukung argumen mereka tentang IHSG akan mengalami crash, yaitu dengan rupiah.
Rupiah diyakinkan tidak membawa sentimen jangka panjang terhadap pasar. Memang, ketika melemah sampai level 15000, IHSG mengalami panic sell besar. Namun jika melihat pergerakan jangka panjang, IHSG dan rupiah tidak sejalan. Pelemahan rupiah tidak bisa membuat IHSG tidak bisa menguat, data berbicara, IHSG mencapai level 6000 dengan rupiah yang secara bulanan (monthly) terus melemah. Perhatikan gambar di bawah.
Data membuktikan, rupiah memang condong melemah sampai hari ini. Dan penguatan kemarin hanya sampai MA20 bulanan yang artinya USD bisa saja menguat kembali karena support kuatnya berhasil dipertahankan.
MENGAPA DATA EKONOMI MEMBURUK?
Jika Anda berharap ada perubahan terjadi pada Indonesia, maka utang yang besar yang saat ini dipermasalahkan haruslah terjadi. Ini seperti mengelola portofolio. Ketika Anda memerlukan dana lebih besar untuk mendapat keuntungan lebih besar, Anda terpaksa menggunakan fasilitas margin. Ketika Anda salah beli saham, dan ingin switch, Anda terpaksa harus cut loss. Harus selalu ada pengorbanan untuk mencapai sesuatu yang baru.
Yang penting, kita tahu bahwa utang tersebut dipakai untuk pembangunan, maka saham-saham sektor INFRASTRUC akan jadi yang paling diuntungkan di masa depan.
HIKMAH DARI PERANG DAGANG
Dengan sempat terjadinya perang dagang, Indonesia tidak terlibat secara langsung. Dan melihat bagaimana Indonesia sibuk dikembangkan tanpa memperdulikan perang dagang, perusahaan-perusahaan besar dari luar negeri pun mulai pindah ke negara kita. Banyak peluang, bukan?
JADI, MEREKA SALAH DATA ATAU BERBOHONG?
At the end, penulis tidak bisa mengatakan bahwa mana yang terjadi, salah data atau berbohong. Setiap orang punya data dan pandangan masing-masing. Mereka pasti memberikan informasi dengan niat baik, hanya saja tidak tepat. Maka Anda tidak diharapkan menjadi tidak percaya dengan mereka. Mereka pun belajar dari kejadian tahun ini.
Tahun 2019 sudah sangat dekat. Biasanya di saat seperti ini Anda akan membuat resolusi. Mari buat resolusi baru. Siapapun yang membuat ulasan, baik dengan tujuan baik maupun jahat, keberhasilan Anda di pasar modal datang dari bagaimana Anda menyikapi setiap informasi yang Anda terima.