Belakangan sejak akhir tahun 2018 penulis banyak menggunakan istilah “fase re-akumulasi”. Istilah ini memang baru dan belum banyak pihak yang menteorikannya, sehingga tidak aneh jika media sosial WH Project banyak mendapat pertanyaan mengenai apa itu re-akumulasi, bagaimana cara kerjanya, dan apakah re-akumulasi sama dengan akumulasi biasa.
Dalam artikel ini penulis bermaksud membuat penjelasan mengenai apa itu re-akumulasi dengan penjelasan yang singkat, fokus pada konsepnya dan Anda dijamin sudah mengerti cara kerjanya.
Bayangkan saham yang Anda miliki saat ini sudah memberikan keuntungan katakanlah 50% dan Anda ingin take profit. Lalu setelah menjual saham tersebut, Anda percaya, atau yakin saham tersebut masih akan naik. Maka sudah pasti Anda akan membeli kembali, bukan? Namun karena posisi harga yang sudah naik 50% dari harga awal Anda beli, tentunya sifat “takut ketinggian” seorang trader akan muncul. Anda akan berpikir kembali bagaimana strategi yang tepat untuk membeli kembali saham ini. Jika dilakukan secara agresif alias langsung membeli lagi di atas harga jual Anda maka risikonya sangat tinggi. Pada saat ini, strategi terbaik yang muncul dalam pikiran Anda adalah menunggu adanya koreksi.
Dan katakanlah benar terjadi, harga mengalami koreksi. Ini dia!! Anda mulai lakukan pembelian, bertahap dan perlahan, Anda terus membeli. Anda membeli dengan mengantre pada bid. Saat Anda melakukan ini sampai semua dna terpakai dan harga saham berbalik naik, Anda sedang melakukan re-akumulasi.
KITA BUAT TEORINYA
Re-akumulasi, mirip dengan akumulasi biasa, hanya saja sesuai dengan namanya, re-akumulasi berarti akumulasi yang diulang, artinya Anda membeli kembali saham dalam kondisi harga sudah di atas, dan tekniknya sedikit berbeda dari akumulasi biasa dengan tingkat risiko yang juga lebih tinggi. Biasanya, yang melakukan ini dan berhasiil mengembalikan kenaikan saham adalah bandar atau institusi (dapen, jamsostek, dll yang dana kelolaannya sangat besar).
KONSEPNYA
Ketika bandar berani melakukan re-akumulasi, berarti mereka memiliki harapan atau keyakinan akan berhasilnya mereka menjual kembali saham pada harga yang lebih tinggi, buy high, sell higher. Walaupun tingkat risiko besar, namun jika si pelaku re-akumulasi ini memiliki dana besar, maka pada akhirnya mereka bisa mengatur sendiri tingkat risikonya.
Jika indeks, futures, forex, ataupun saham yang Anda miliki atau sedang di-trading-kan mengalami re-akumulasi ini, maka jangan ragu untuk menahan atau ikut melakukan re-akumulasi, namun pastikan si pelaku re-akumulasi tersebut memiliki peran yang kuat dalam menahan harga hingga naik lebih tinggi.
BEBERAPA CONTOH
Penulis menggunakan contoh terbaru pada IHSG belakangan ini. Bagaimana cara membaca fase re-akumulasi:
- Secara teknikal, akan ditemukan banyak candlestick pendek selama beberapa hari dalam range sempit dan hampir sama;
- Poin pentingnya, volume perdagangan tinggi, artinya aktivitas perdagangan masih normal dan minat pelaku pasar tinggi namun kenaikan tertahan, inilah fase re-akumulasi;
- Gunakan indikator MA5, selama harga bertahan di atas MA5, walaupun kenaikan tertahan namun memenuhi 2 kriteria di atas, maka sudah lengkap indikasi adanya re-akumulasi dan Anda dapat dengan santai membiarkan pasar bekerja untuk Anda.
Berikut adalah contoh pada IHSG beberapa bulan terakhir.
Perhatikan bagian yang diberikan kotak, itulah fase re-akumulasi. Mirip dengan Darvas Box jika diterapkan secara teknikal, kecuali jika dibaca dengan cara yang lain di luar teknikal.
KESIMPULAN
Fase re-akumulasi adalah fase yang sangat disukai oleh swing trader, mereka sangat menyukai ketika saham yang dimiliki ternyata berhenti naik sementara karena adanya akumulasi ulang oleh bandar atau pelaku pasar lainnya. Fase ini sering membuat Anda berpikir bahwa harga saham sudah tidak akan naik lagi, atau akan berbalik menurun, hal ini tidak aneh, karena itu sebaiknya dibantu dengan indikator MA5.
Semoga edukasi ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda. Terimakasih telah membaca!