Memperhatikan kemantapan Presiden Jokowi dalam niatnya memindahkan Ibukota, nampaknya jika tanggal 22 Mei 2019 nanti hasil real count KPU tetap menampilkan kemenangannya, maka akan menjadi program kerja baru yang bisa saja dalam jangka pendek terwujud.
Bagaimana tidak, pada dasarnya yang diperlukan adalah lahan, regulasi, dan anggaran pembangunan kota. Setelah itu? Mulai membangun.
Nah, Jakarta akan kehilangan statusnya sebagai Daerah Khusus Ibukota (DKI). Sebagai pelaku pasar modal, sudah menjadi tugas bagi kita semua untuk mencari peluang keuntungan dari adanya pemindahan Ibukota ini. Berikut adalah hasil riset penulis dan tim.
Kami menyimpulkan bahwa semua sektor akan mendapatkan sentimen positif. Kota baru, peluang baru! Baik sektor CONSUMER, TRADE, FINANCE, INFRASTRUC, namun pada dasarnya di kota baru diperlukan kantor baru. Kantor baru memerlukan gedung baru, maka sektor yang paling dasar dan diuntungkan dari pindahnya Ibukota adalah sektor PROPERTY dan kemudian INFRASTRUC. PROPERTY dalam hal pengembangan daerah, pembangunan gedung, dan kawasan industri. INFRASTRUC dalam hal membangun jalan dan infrastruktur lainnya yang mendukung bisnis agar lancar.
Ya, setelah semua pembangunan gedung dan infrastruktur selesai, akan dimulai perpindahan kantor dan pabrik, yang kemudian menambah jangkauan pasar, dan peningkatan kinerja. Jadi pada dasarnya perpindahan Ibukota membawa hal yang baik bagi investor. Walaupun begitu, ada potensi berkurangnya kawasan hutan yang berarti dapat menjadi sentimen negatif bagi sektor AGRI.
Jokowi meninggalkan rekam jejak yang cukup baik dalam hal pembangunan, terlihat dari apa yang sudah terjadi sejak masa jabatannya sebagai gubernur sampai sekarang menjadi presiden. Walaupun masih ada yang on progress, namun terbilang cepat.
Maka jika Ibukota jadi dipindah, ini menjadi peluang yang sangat baik bagi sektor PROPERTY untuk menguat kembali. Sebut saja saham-saham PROPERTY yang selama ini menurun seperti ASRI, BSDE, BKSL, LPKR, SMRA, CTRA, BEST, SSIA, dan DMAS akan kembali menguat seperti dulu jika mereka memanfaatkan peluang ini dengan menjadi pengembang di daerah sana.
Bagaimana jika tidak?
Jika tidak, tetap masih ada peluang karena bisa jadi pemerintah lebih mengandalkan emiten BUMN untuk membangun. Maka saham-saham seperti WIKA, WSKT, ADHI, PTPP, dan anak-anak usahanya akan mendapat sentimen positif dan menjadi incaran investor kembali baik lokal maupun asing.
Kekurangannya adalah, adanya potensi utang pemerintah menanjak kembali untuk anggaran pembangunan, sehingga Anda yang ingin memanfaatkan momen ini harus bersiap diri jika terulang lagi berita mengenai cash flow negatif, hal tersebut memang harus terjadi jika ingin ada pembangunan.
Penulis merekomendasikan buy pada saham-saham yang disebutkan di atas, karena melihat sudah banyaknya arus dana investor asing yang masuk sejak Oktober 2018. Penulis tidak mengetahui ada tidaknya potensi bahwa mereka sudah mengetahui hal ini lebih dulu. Namun berdasarkan pengalaman, fund manager selalu rebalancing portofolio mereka dengan mempertimbangkan fundamental. Anda dapat menghitung sendiri mana yang fundamentalnya lebih menjanjikan dari emiten-emiten tersebut. Jika Anda beruntung dan menemukan saham yang juga diincar oleh mereka, maka yang Anda pilih akan menjadi saham yang kenaikannya paling bagus.