PGAS, adalah salah satu saham yang kami boleh sebut MIRIS, namun hebat. Bagaimana tidak, setelah laba Q3 dilaporkan anjlok, sehari setelahnya harga saham masih mampu menguat dan setelah menurun sampai seperti pada grafik yang terpapar di atas.
Tidak lama kemudian tim kami mendapat beberapa chat menanyakan saham ini, apakah masih ada harapan? Dan apakah net buy asing yang terjadi merupakan sinyal penguatan?
Baik, akhirnya kami memutuskan untuk mencoba memperdalam saham ini, sebenarnya kami dan member sudah melepasnya pada 2400 – 2440, dan semenjak pada screener kami terdeteksi saham sudah terdistribusi, kami tidak pernah perhatikan lagi sampai akhirnya artikel ini dibuat.
Pada artikel ini, agar tidak terlalu bertele-tele maka kami akan langsung sampaikan poin pentingnya saja.
Pertama, yang terjadi pada saat harga saham menguat di saat laba anjlok adalah akumulasi terakhir yang dibuat kecil dan menarik ritel, Anda harus tahu bahwa frekuensi perdagangan pada saat itu dimainkan sedemikian rupa sehingga PGAS menjadi salah satu saham yang trending dan menarik mata investor ritel. Ritel tertarik dan beli, dan mereka menjual sembari memasang antrian di barisan offer.
Kedua, net buy asing. Rasanya kami sudah pernah membahas pada penurunan INKP dan TKIM beberapa bulan yang lalu mengenai asing yang membeli di pasar reguler hanya untuk memberikan kesan bahwa gue masih beli kok, tenang aja. Dan sepertinya hal tersebut dilakukan juga di PGAS sehingga pada hari ini, Senin 25 November 2019 mereka bisa kembali net sell. Dalam pergerakan PGAS kami menemukan bahwa tidak adanya akumulasi dari 4 November 2019 – 25 November 2019, berdasarkan metode kami.
Ketiga, saat ini yang bisa Anda lakukan adalah berspekulasi, spekulasi karena secara teknikal pola pada hari ini adalah doji sehingga ada potensi technical rebound, dan/atau kinerja BUMN dapat membaik di tangan menteri BUMN baru sehingga PGAS pada waktunya akan diserukan beli dengan alasan kinerja yang membaik. Sedangkan dari secara keseluruhan adalah PGAS tidak mengalami akumulasi.