Well, kalau Anda pernah bertanya-tanya juga tentang istilah atau teori ini, dan sedang membaca di website ini maka Anda sedang membaca penjelasan langsung dari penulis bukunya.
Memang benar, saya (William Hartanto) yang memperkenalkan teori ini melalui buku ke-4 saya, Bandarmology VS Teknikal. Buku tersebut terbit 13 Juli 2020.
Sekarang, biar ngga pada berpikir bahwa teori ini adalah buatan atau pemaksaan, maka di blog ini saya akan menjelaskannya. Sebelumnya saya juga sudah mengusahakan membuktikan teori ini melalui vlog dan hasil trading-nya, salah satunya di video ini.
Ya memang, nama ini unik, broker consistency, yang mana sebenarnya adalah translate bahasa Inggris untuk konsistensi broker tertentu dalam perdagangan saham.
TIDAK ADA DALAM JURNAL
Jangan repot-repot dulu mencari jurnal dalam mendalami teori ini karena mungkin tidak akan pernah ditemukan, dan memang saat menulis buku tersebut saya tidak menggunakan jurnal sebagai referensi. Yang saya lakukan adalah menulis dengan pengalaman dan bukti (biasanya dari saham yang sudah saya transasikan), hal ini dilakukan supaya saya bisa berargumen dan menjelaskan dengan lebih baik kepada pembaca apabila suatu hari nanti diperlukan.
FAKTANYA MEMANG ADA
Banyak bantahan di luar mengenai teori ini karena konsisten beli dari suatu broker bukan jaminan harga saham akan naik. Memang dalam faktanya tidak ada metode analisis manapun yang menjamin harga saham akan naik. Namun broker consistency adalah jaminan bahwa harga saham sedang dibentuk di range tertentu dan benar merupakan bentuk akumulasi (bandarmology). Umumnya ditemukan di saat tren sideways.
Ide ini didapatkan saat adanya saham yang sedang mengalami aksi buy back, jika Anda memperhatikan perdagangan dari broker summary-nya maka di masa buy back tersebut pasti akan ditemukan adanya pembelian secara konsisten dari broker tertentu. Ya memang itulah broker yang ditunjuk untuk melakukan buy back.
Dasar idenya memang dari buy back, tapi bukan berarti semua broker consistency itu cuma buy back. Beberapa kali juga kami temukan (dan pada saham-saham yang dicontohkan) itu di dalamnya terjadi broker consistency namun tidak sedang melakukan buy back. Akumulasi dilakukan secara bertahap perlahan dalam jumlah lot yang dibatasi agar tidak menarik investor ritel, itu strategi yang sangat bagus ketimbang akumulasi besar dalam sehari dan harga saham dibuat loncat juga dalam sehari.
Buy back, bukan berarti harga saham akan naik, namun setidaknya sudah lebih sulit turun. Dan karena harga saham umumnya tidak diturunkan lagi, maka akan ada efek terhadap indikator. Dari situlah mengapa akhirnya saham-saham yang mengalami broker consistency ini akan berakhir menguat harganya.
Trik selebihnya ada pada buku tersebut. Buku ditulis tanpa tujuan memecah belah antara teknikal dengan bandarmology. Tujuan sebenarnya adalah membantu melengkapi dan meningkatkan akurasi analisa saham karena terkadang kita bisa saja sudah analisa saha, secara teknikal ternyata tidak tepat, di situ analisa bandarmology berfungsi membantu menjelaskan apa yang terjadi dibalik candlestick.
Saya pribadi percaya, bandarmology atau lebih tepatnya arus dana, itu perannya besar sekali. Bahkan bisa bergerak lebih dulu sebelum berita di media.
Saham dengan fundamental bagus, tidak akan dipercaya bagus apabila tidak ada yang beli (akumulasi), dan saham dengan teknikal yang bagus biasanya masih perlu mengamati volume. Kedua metode analisis ini memiliki peran arus dana di dalamnya untuk mengkonfirmasi kebenarannya. Begitulah sudut pandang yang melahirkan buku ini. Semoga para pembaca terbantu dan mendapatkan hasil trading yang lebih optimal.
Salam cuan non stop!