Meminjam istilah commodity super cycle, menurut kami ada yang kurang jika hanya sebatas membahas sektor minyak, batu bara, dan CPO. Karena nyatanya masih ada barang mentah yang belum dibahas dan harga saham-sahamnya sudah naik. Dan pada saham-saham commodity, hampir semua pergerakannya akan selalu didasari oleh harga commodity itu sendiri, kecuali Anda sudah menanamkan dalam pikiran Anda bahwa segala pergerakan harga saham itu 100% adalah kerjaan bandar.
Memang ada benarnya, namun bandar pun tidak mungkin asal-asalan (jika Anda paham betul cara kerjanya). Dan tidak berlama-lama lagi, pada artikel kali ini kami ingin membahas tentang bijih besi, salah satu commodity yang kurang banyak dibahas orang-orang, dan asal tahu saja, efeknya terhadap saham-saham terkait cukup besar. Misalnya seperti yang terjadi pada saham ISSP dan BAJA.
Jika melihat dalam time frame bulanan, harga saham ISSP bahkan sudah mendekati harga tertingginya di 320 sejak IPO pada tahun 2013. Padahal harga saham ini sempat berada di bawah 100! Kok bisa? Ya tentu saja ada penyebabnya, salah satunya yang terlihat jelas datanya di publik adalah perbaikan kinerja Q1 2021 dimana ISSP mencetak laba hingga secara valuasi PER dan PBV menjadi murah. Pada saat ini ISSP diperdagangkan dengan PER 4,6x.
Dan melihat sedikit pergerakan harga saham BAJA.
Dari yang sebelumnya volume datar-datar saja, tiba-tiba menguat seperti gambar di atas. BAJA saat ini diperdagangkan dengan PER 4,6x, relatif murah jika kita menggunakan acuan PER di bawah 5x seperti yang umumnya diajarkan di kelas-kelas investasi.
Kembali ke bagian awal, menurut kami memang ada peran dari broker-broker tertentu di pergerakan kedua saham ini, perhatikan pada data broker summary di bawah ini.
Menarik menurut kami dimana keduanya memiliki peran broker BK sebagai buyer sepanjang bulan Mei 2021, dan khusus pada ISSP malah ada berita yang lebih menarik lagi, yaitu adanya pembelian dari Pemberton Asian Opportunities Fund dan belum pernah jualan. Artikel tersebut dapat Anda buka di sini.
Jadi ada benarnya bahwa pada kedua saham yang kami bahas ini, ada peran big fund yang masuk sehingga terjadi penguatan harga. Memangnya apa penyebab atau dasar dari pembelian mereka? Menurut kami adaefek dari penguatan harga bijih besi.
Harga STEEL menguat, kemudian juga terjadi peningkatan ekspor dan perbaikan kinerja sehingga saham-saham sektor ini jadi dianggap layak untuk dibeli. Dan menurut kami, dari kedua saham ini saja, indikasinya juga layak beli, setidaknya dari chart saja sudah terlihat. Hanya strateginya saja yang perlu disesuaikan agar Anda tidak terbuai dengan prospek lalu sembarangan beli di harga tinggi. Menurut kami, ISSP masih layak beli jika terjadi koreksi hingga (maksimum harga terendah) 262, dan BAJA masih layak beli jika terjadi koreksi hingga (maksimum harga terendah) 374. Untuk TP bisa Anda sesuaikan dengan selera masing-masing, yang penting harga masih bertahan di atas batas aman. Selama efek sentimennya kuat, bukan tidak mungkin harga saham begerak di atas perkiraan target.
Sentimen ini juga menjadi penggerak untuk saham-saham lainnya seperti HKMU, KRAS, GDST.